Jangan Panik. Baca Survival Ekstrim Pergeseran Kutub.

Ketinggian Aman di Zona Tersubduksi

Ketika pergeseran kutub menimpa, lempeng-lempeng tektonik akan saling berbenturan dengan cepatnya, ibaratnya kereta api yang sedang melaju kencang tiba-tiba direm--gerbong-gerbongnya saling berbenturan. Wilayah lempeng yang ditujam akan memanas daratannya hingga bebatuannya meleleh akibat gesekan lempeng tektonik yang menyubduksinya.
Demikianlah halnya dengan Indonesia nanti, karena berada di atas Lempeng Sunda--zona tersubduksi/zona tertujam. 
Untuk terhindar dari tanah panas dan pelelehan bebatuan, orang harus berada setinggi mungkin dari wilayah itu. Berapa ketinggian aman yang ideal, dan seperti apa wilayahnya?
ZetaTalk telah memberi tahu bahwa ketinggian aman untuk momen Pergeseran Kutub adalah minimal 61 meter (200 kaki). (Ini belum termasuk kenaikan air laut sebanyak sekitar 206 meter dalam waktu 2 tahun pasca pergeseran kutub.) Dan ketinggian minimal 61 meter itu dihitung BUKAN dari ketinggian muka laut sekarang, melainkan dari ketinggian DASAR LEMBAH. Dan, tentu saja, bukan wilayah longsor, tidak dekat gunung berapi, tidak akan kebanjiran, dan tidak dekat pantai, meskipun di bukit dekat pantai.
Berikut penjelasan ZetaTalk.

Terjemahan bebas dari ZetaTalk, 22 Mei 2010

Lempeng-lempeng yang saling bersinggungan melewati tidak terjadi pada permukaan-permukaan kasar, karena tepian-tepian yang kasar akan patah dan bergerak terseret bersama lempeng yang menyubduksi atau tetap bersama lempeng yang menungganginya. Ini adalah bagian besar dari resistansi terhadap pergerakan di zona-zona subduksi. Namun ketika pergerakan dimulai, zona di antara lempeng-lempeng itu akan rata.

Dengan demikian, orang dapat menyimpulkan bahwa berada di atas gunung di zona subduksi akan memberi jarak antara mereka yang akan menjadi survivor dengan titik dimana bebatuan yang meleleh terjadi.
Bebatuan yang meleleh telah disaksikan terjadi di dekat sungai kecil atau aliran-aliran air sungai kecil dan sungai-sungai, yang mengalir rutin ke bagian terendah dari suatu medan. 
Karena itu, panduan (ketiggian aman)nya adalah, sesuai sifatnya, tidak berdasarkan ketinggian muka laut, melainkan jarak dari dasar lembah--jarak relatif.
Bertengger di puncak gunung juga ada resiko-resikonya, karena adanya angin-angin berkekuatan badai, maka harus ada pertimbangan-pertimbangan lagi.