Jangan Panik. Baca Survival Ekstrim Pergeseran Kutub.

Apa Itu Menjadi Sadar?


Banyak orang yang kebingungan memaknai arti sadar. Ini tidak mengherankan karena apapun yang dilakukan manusia dilakukan secara sadar, kecuali ketika ia ngelindur atau terkena penyakit syaraf tertentu. Bahkan penjahatpun melakukan perbuatan kriminalnya secara sadar, karena ia pastilah harus waspada agar dapat berhasil. Lain halnya dengan penembak masal  yang sudah kesurupan. Jadi memang ada suatu hal tentang kesadaran manusia yang luput dari pemikiran banyak orang. Berikut penjelasan para alien Zeta Pengabdi-Kebaikan.

Terjemahan bebas dari ZetaTalk: Being Conscious, Note: written Jun 15, 2002

Sebuah konsep yang sulit bagi banyak manusia adalah konsep kesadaran.
Mereka melihat bayi dalam box, menyadari hanya perutnya dan kebutuhan menyusu, lalu membandingkan anjing yang berdiri di kaki-kakinya, sepertinya sadar dan siaga. Apakah bayi itu sadar, sedangkan anjing tidak? 
Titik ketika kesadaran itu ada tidaklah jelas maupun pasti. Apakah manusia sadar karena mereka mempunyai IQ?
Namun telah dilaporkan bahwa manusia dengan keterbelakangan mental dapat memiliki ruh yang berinkarnasi (bukan ruh baru--pen.). 
Apakah manusia sadar karena ia dapat mencerna bahwa dirinya terpisah dari manusia-manusia lain?
Namun ada begitu banyak manusia yang merasa begitu buram tentang identitas mereka sehingga mereka bergabung dengan sebuah grup untuk dapat merasa memiliki, sehingga mengira apa yang para guru (atau pimpinan--pen.) lakukan juga harus mereka lakukan juga.
Apakah manusia sadar karena ia memiliki ingatan, dapat berhitung, dapat menyatukan A dan B menjadi C?
Namun simpanse pun dapat menggunakan peralatan, dan gerombolan serigala dapat memperhitungkan kemana arah larinya mangsanya nanti, dan banyak hewan-hewan lain yang memiliki ingatan dan sangat cerdik. 
Pada titik mana kesadaran dapat ngeklik masuk, atau ngeklik keluar, jika kesadaran itu bisa demikian. Dan, dengan demikian, apakah mungkin bagi anjing untuk memiliki ruh dan manusia tidak?
Telah kami nyatakan bahwa jiwa yang ada bisa jadi memilih berinkarnasi dalam seekor hewan yang tidak berpotensi untuk memijarkan jiwa, untuk alasan-alasan pendidikan. Dengan demikian, anjing atau ular atau lumba-lumba tidak memijarkan jiwa, namun dapat sesekali menjadi tempat inkarnasi. 
Untuk berpijar, entitas biologis harus memiliki kapasitas untuk memandang dirinya terpisah.
Dan kalau hewan sepertinya memiliki sifat ini, sesungguhnya tidak demikian. Seekor anjing tahu ia sedang diteriaki oleh tuannya, atau digerami oleh pimpinan gerombolannya, dan dengan mengais-ngais dan merangkak rendah untuk menjauh, mereka menunjukkan tanda-tanda seperti memahami bahwa anjing lain berinteraksi dengan mereka, sebagai makhluk terpisah. 
Namun ini aktifitas insting, bukan kondisi mencerna keterpisahannya sebagai entitas biologis. Anjing telah berkembang untuk bereaksi seperti itu, untuk menantang hingga ada tanda-tanda tertentu, lalu menyerah. Insting bukan kesadaran.
Reaksi-reaksi yang terprogram secara biologis bukanlah kesadaran.
Bahkan bayi yang tergolek di ranjangnya, sedang tidur atau menangis minta susu, sepertinya tidak menyadari sekitarnya, sesungguhnya menyadari. Ia paham bahwa ketika ia tersenyum pada ibunya, lalu ibunya mengangkatnya, ia telah terlibat dalam interaksi dengan ibunya. 
Ini tidak sama dengan anak-anak burung dalam sarang, yang mengangkat paruh-paruh mereka untuk meminta makan ketika ibunya datang. Itu insting. 
Di alam-alam yang sedang berkembang yang tidak mengalami rekayasa genetika, spesies yang akhirnya muncul untuk memiliki kesadaran, dan, dengan demikian, jiwa-jiwa yang berpijar, tiba di sana dengan lambat.
Mulanya, ada insting. Lalu ada peningkatan kecerdasan hingga konsep keterpisahan mulai menjadi sebuah faktor. 
Kecerdasan yang meningkat cenderung akan dipilih untuk bertahan, karena spesies cerdas dapat mengambil keuntungan dari tantangan-tantangan/kesempatan-kesempatan yang ada. Dengan demikian, yang lebih cerdas dalam grup akan berkembang-biak untuk meningkatkan kecerdasan, dan trend ini malah semakin meningkat. 
Dengan demikian, meskipun tidak terlihat pada diri manusia, kesadaran itu--menyadari dirinya terpisah dengan makhluk lain (sebuah faktor yang sudah pastinya perlu untuk terjadinya pemijaran jiwa)--ada di sana.

All rights reserved: ZetaTalk@ZetaTalk.com