Baca juga:
Urusan persiapan bencana alam umum dan pergeseran kutub nanti sama sekali tidak mudah, hal yang sangat disadari para Penguasa Alam yang mengawasi dan menjaga alam semesta dimana Bumi kita berada. Seperti yang telah sering dijelaskan sebelumnya dalam bahasan-bahasan tentang Transformasi Bumi, ini adalah masa peningkatan pelajaran spiritual manusia dengan segala dampaknya bagi kehidupan manusia di masa depan setelah kematiannya, maka manusia tidak dituntun seperti bayi dalam hal ini dan tidak ada "dongkrak-mendongkrak" oleh pihak Penguasa Semesta dalam pertumbuhan spiritual.
Perjuangan manusia dalam mengupayakan yang terbaik terkait event agung ini(transformasi bumi)lah yang diperhitungkan. Hal ini, sekali lagi, yang harus diingat dan disadari.Ketika mencari lokasi aman untuk persiapan menghadapi perubahan-perubahan bumi yang semakin ekstrim, ada beberapa karakteristik umum yang patut menjadi pertimbangan sebagaimana telah dijelaskan dalam dalam artikel-artikel terdahulu:
Realita Banjir dan Zona Subduksi
Satu hal yang pasti, dengan realita Penurunan Lempeng Sunda (dengan demikian Penurunan Daratan Indonesia dengan dampak berupa longsor, sinkhole/amblong, dan banjir membandel) yang telah kita hadapi, dan lokasi Indonesia sendiri yang berada di zona subduksi, maka lokasi relatif aman tersebut adalah dimana
- banjir tidak mencapai,
- jauh dari wilayah pesisir (termasuk kota-kota yang berada dekat laut dan sungai besar, termasuk kota-kota besar pada umumnya berada: Jakarta, Cirebon, Surabaya, dan lainnya.)
- tidak dekat waduk, karena akan retak, lalu jebol;
- semakin tinggi, semakin jauh dari pemanasan tanah akibat aktifitas subduksi (wilayah titik api (hotspot) merupakan salah satu penanda);
- bukan daerah longsor (tambahan)
Realita Geografis Ring of Fire
Satu lagi realita Indonesia adalah gunung berapi dengan jumlah terbanyak di seluruh dunia. Dengan demikian, mencari tempat berjarak aman tertentu dari gunung berapi sebagaimana yang direkomendasikan oleh ZetaTalk tentunya tidaklah mungkin. Meskipun demikian, setidaknya orang masih bisa menjauh dari radius bahaya yang telah ditetapkan.
ZetaTalk telah memberikan penjelasan singkat tentang tingkat keamanan daerah-daerah di laman Zeta Advice on Locations. Sifat-sifat geografis wilayah-wilayah tersebut merupakan aspek pertimbangan untuk lokasi-lokasi lain yang serupa. Ulasan singkat ZetaTalk tentang Indonesia telah dijelaskan dalam
- Prediksi: Indonesia Selama Pergeseran Kutub
- Indonesia, Asia Tenggara : Potensi Kerawanan Bencana Subduktif
- Jakarta: Potensi Umum Kerawanan Bencana
Realita Diri
Daerah-daerah rawan secara geografis ada yang telah terkena dampak kerawanan itu dan ada yang belum. Dampak-dampak itu tidak datang sekaligus ke semua wilayah sebagaimana yang orang kira ketika membayangkan sebuah Kiamat. Alam tentunya bergerak sesuai hukum-hukum alam, yang tidak lain dan tidak bukan adalah, katakanlah, hukum-hukum fisika dengan berbagai turunannya. Maka orang selayaknya tidak lalai--selalu waspada--meskipun berada di zona yang aktif secara subduksi.
Dengan kata lain, tidak mengabaikan kewaspadaan dan persiapan bencana--banyak yang mengabaikan hanya karena sudah terbiasa dan tetap aman, dan, mungkin, malah menjadi bangga. Ini kecuali jika ia telah berhenti berharap. Perhatikan saja negara-negara maju yang rawan bencana alam seperti contohnya Jepang dan Amerika. Mereka menjadi semakin ahli dalam menangani bencana. Ini bukan karena masalah biaya yang sanggup mereka tanggung, tapi karena kesadaran pemerintah dan rakyat.Indonesia berada di wilayah geografis yang mengkhawatirkan. Kalau mau jujur melihat logikanya, dengan begitu banyak jebakan geografis, ditambah bahaya-bahaya lainnya, yang menghadang rakyat Indonesia, kebanyakan orang sebenarnya tidak dapat serta merta "cabut" untuk mencari tempat aman ketika bencana alam menimpa, kecuali ia mungkin masih bugar, kuat dan tidak punya tanggungan. (Kondisi inipun, sudah pastinya, disadari oleh Penguasa Semesta.)
Maka, logis saja kalau mencari tempat aman adalah urusan serius setiap orang yang mampu melakukannya. Tapi, bagaimana dengan "orang-orang kecil"?! Demikian protes yang dapat ditemui pada sebagian orang. Maka pertanyaannya dikembalikan kepadanya. Lihatlah ke sekelilingnya, sudahkah ia melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri agar dapat menolong orang lain ataukah ia sekedar mencari alasan bagi dirinya sendirii untuk tidak berbuat apa-apa sementara berharap orang lain yang menolong?