Jangan Panik. Baca Survival Ekstrim Pergeseran Kutub.

Spiritualitas Tertinggi Manusia : Aturan Emas

Pengabdi-Kebaikan
Baca juga: 

Bagi mereka yang menelaah secara cerdas definisi tentang orientasi spiritual, dan aturan bahwa perpindahan dari satu orientasi ke orientasi lain membutuhkan banyak masa hidup trial-and-error (reinkarnasi - pen.) untuk memahami betul apa makna kehidupan dalam orientasi spiritual itu, masalahnya menjadi tak jelas sama sekali.

[Kriteria dan Contoh Mengabdi-Kebaikan dan Mengabdi-Ego]
Telah kami nyatakan bahwa mereka yang Mengabdi/Melayani-Kebaikan memikirkan orang lain setidaknya sebanyak memikirkan dirinya sendiri, 50%. Sedangkan mereka yang Mengabdi/Melayani-Ego berhasil melayangkan pikirkannya tentang orang lain hanya 5% dari waktu mereka. Lalu waktu yang bagaimana yang dimaksudkan itu?
Jika seorang bankir yang memperhatikan kelaparan dalam komunitasnya memberikan suatu persentase profitnya langsung untuk dibelikan makanan bagi mereka (sebuah sumbangan), apakah ini sama bobotnya dengan jika si bankir memberikan persentase profitnya kepada usaha kecil untuk mempekerjakan para pengangguran sehingga mengurangi kelaparan yang mungkin lebih sedikit tapi lebih lama? Orang harus menelaah motifnya. 
  • Tindakan yang pertama mungkin seperti kemanusiaan murni, namun jika motifnya adalah untuk meningkatkan bisnis di banknya dengan mendapatkan publisitas atas tindakannya itu, maka motifnya adalah egois, Mengabdi/Melayani Ego.  
  • Tindakannya yang kedua akan tampak cerdik, yaitu meningkatkan aktifitas bisnis dalam komunitas dari mana ia mungkin bisa mendapat profit, namun jika motifnya adalah memang untuk mengurangi kelaparan serta putus asa dalam komunitasnya dengan cara seefektif mungkin, dengan memanfaatkan dolarnya dengan cara terbaik, maka tindakannya itu didorong oleh motif-motif  Mengabdi/Melayani Kebaikan.
Dari sudut pandang kecerdasan, ini dilema. Namun, dalam kata-kata sederhana Yesus, "perlakukan orang sebagaimana kau ingin mereka memperlakukanmu." 
Yesus, Muhammad, Buddha--semua Anak-Anak Bintang yang datang untuk meninggalkan berkat kejernihan bagi umat manusia--semuanya mengajarkan pesan  yang sama:
Kesetaraan, dimana yang "paling kurang beruntung di antara kalian" dianggap setara dengan diri sendiri. Mempedulikan kebutuhan-kebutuhan fisik pribadi, atas makanan dan tempat berteduh, dengan kepedulian yang seimbang terhadap kebutuhan-kebutuhan makhluk lain. (Contohnya) Bagaimana kira-kira perasaan si kambing yang akan dijagal, apa yang dibutuhkan tanah untuk tempat merumput (ternak) atau untuk diolah menjadi mangkuk.
[Dilema Bagi Otak, Tapi Hati Tak Pernah Salah] 
(Hal ini) akan membingungkan--menjadi dilema--jika keputusan dibuat secara intelektual, diserahkan pada kecerdasan saja. Namun, apa yang ditinggalkan para pengkutbah itu (Anak-Anak Bintang itu--pen.) pada umat manusia adalah saran bahwa jawabannya terletak di hati. 
Sebelum Anda melakukan apa yang akan berdampak pada orang lain, tempatkan diri Anda pada posisi orang lain, lalu bayangkan konsekuensi-konsekuensi dari tindakan Anda itu. Ini secara umum dikenal sebagai Aturan/Ajaran Emas"perlakukan orang lain". 
Didorong oleh hati, orang tak akan pernah salah membuat keputusan dari sudut pandang spiritual. 
Orang yang menderita tentang apakah harus berbagi daging kambingnya yang terakhir dengan tetangganya, ketika keluarganya sendiri sering pingsan karena kelaparan, akan menemukan jawabannya dengan menempatkan dirinya dalam sudut pandang tetangga dan juga keluarganya. Bagaimana rasanya diabaikan yang akan dirasakan oleh tetangganya ketika melihat keluarganya makan sementara mereka lemah dengan perut kram. 
Apa yang harus dikorbankan oleh keluarganya untuk bisa cepat-cepat menelan makanan itu adalah membutakan diri terhadap kesengsaraan tetangganya. Ia memilih untuk berbagi, karena melihat kerusakan pada jiwa merupakan bahaya yang lebih besar, demikian pula pada fisik yang bisa mati kapan saja.
[Sedikit Pengalaman Ruh Muda Masih Dapat Membantu Mengingat Rasa Empati dan Membuat Keputusan)
Alasan bahwa dibutuhkan rata-rata 1000 kali masa hidup bagi ruh muda (secara spiritual) untuk bisa membuat keputusan spiritualnya adalah kerumitan ini. 
(Contohnya) orang yang akan berbagi daging kambing terakhirnya dengan tetangganya--yang mana masing-masing kebagian segigit--mengetahui dari pengalamannya (dalam kehidupan terdahulunya - pen.) tentang apa saja alternatif yang ia miliki. Ia pernah tahu rasanya diabaikan. Ia pernah memaksa dirinya menutup empatinya pada suatu waktu di masa-masa hidupnya yang dulu. Ia telah menjadi sesosok ruh tua, bijak--bukan lagi ruh muda.
[Ruh Muda Berpotensi Belajar Empati dan Cara Membimbing Mereka] 
Bumi saat ini memiliki sejumlah besar ruh yang sangat muda, akibat ledakan penduduk, yang kebanyakan begitu tak dewasa sehingga pantas dianggap bayi, jika ruh tua dan bijak dianggap tua.  

Lalu bagaimana orang bisa menjelaskan kepada si 'bayi' tentang adanya orang lain di 'taman bermain' yang juga harus dipikirkan? 
Meski bayi sering kali dianggap semata-mata berfokus pada diri sendiri, nyatanya mereka merespon pada bayi-bayi lain di tempat bermain, saling melempar senyum dan bersenang-senang bermain dengan satu sama lain. Bahasa tubuh--yaitu getaran-getaran yang dipancarkan semua makhluk hidup dan yang dapat dibaca oleh orang lain--ada di sana. 
Maka, bahkan para bayi dapat mermpraktekkan Aturan Emas, bahkan pada masa hidupnya yang pertama kali. 
Dan inilah garis hidup yang akan digunakan untuk memasuki event apapun ketika akan terjadi perubahan dan gejolak yang tiba-tiba. Ini saran terbaik yang dapat kami berikan.
Mereka memberi, sebagaimana, di lembah menghijau nun jauh di sana, bunga-bunga menaburkan wewangiannya ke udara. Melalui tangan mereka inilah Tuhan menyapa. Berikanlah hatimu, namun jangan saling menguasakannya. Tegaklah berjajar, namun jangan terlampau dekat. ....Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu. Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri. Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan. ...Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan. Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan." Sang Nabi, Kahlil Gibran   
Cinta mungkin akan bersemi menuju pergeseran kutub, yang memang sudah seharusnya. Mereka yang penuh rasa cinta kasih di dalam hati mereka merespon pada kesadaran bahwa hal-hal lain tak begitu penting. [Terjemahan bebas ZetaTalk, Personal Decisions]