Jangan Panik. Baca Survival Ekstrim Pergeseran Kutub.

Haruskah Selalu Memaafkan?

Terjemahan bebas ZetaTalk: Forgiving, Note: written on Sep 15, 1995

Memaafkan orang yang telah melukai melibatkan dua pihakorang yang terluka dan si pelaku.
Situasi-situasinya boleh jadi sedemikian rupa sehingga luka itu hasil kecelakaan dan si pelaku merasa ketakutan sehingga bertanya apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki. Dalam kasus ini, jalan maaf telah digelar dengan kemungkinan-kemungkinan, dan si orang terluka tinggal menyatakan secara spesifik apa yang diperlukan untuk melakukan perbaikan-perbaikan, dan ke dua belah pihak dapat mulai saling menyembuhkan.
Situasi-situasinya boleh jadi sedemikian rupa sehingga luka itu hasil kecelakaan, namun si pelaku menyangkal. Tak ada yang terjadi, dan, kalaupun ada, itu bukan kesalahannya. Dalam kasus ini, memaafkan atas luka itu harus terjadi di jalur yang terpisah. 
  • Si orang luka berdamai dengan kecelakaan itu sebagaimana adanya, sebuah kecelakaan. 
  • Si pelaku telah memaafkan dirinya sendiri, karena ia tak ada di sana dan tak ada perlunya untuk meminta maaf.  
Situasi-situasinya bisa juga sedemikian rupa sehingga luka itu disengaja, namun merupakan hasil dari sebuah ketidaksepakatan, sebuah perkelahian, dan kesalahan terletak pada semua pihak di sana. Orang didorong keluar batasnya sehingga melampiaskan amarahnya. Orang terus-menerus disiksa sehingga mood gelap menguasainya. Dalam kasus-kasus ini, memaafkan biasanya berjalan dengan cepat, karena kedua belah pihak jelas-jelas menyadari masalah-masalah yang melandasi dan berbagi tanggung jawab atas apa yang telah terjadi. (Jadilah) tangisan, pelukan, dan penyelesaian untuk lebih berhati-hati di masa mendatang. 
Memaafkan paling sulit ketika luka itu disengaja dan bukan merupakan kesalahan orang yang terluka--korban sejati, orang tak bersalah. Dan, dengan demikian, si pelaku telah menyerang si orang terluka demi permainan, untuk melampiaskan nafsu berkuasa, atau sekedar memuaskan diri di atas penderitaan orang lain.
Dalam kasus-kasus ini, memaafkan tidaklah layak, dan bukan letak permasalahannya. 
Dalam kasus-kasus ini, si orang yang terluka harus berkonsentrasi pada pertahanan, tidak pada memaafkan, dan setelah mengakhiri serangan-serangan pada perubahan kondisi-kondisi yang mulanya dialami oleh si orang terluka itu.  
Apakah sistem peradilan kriminal Anda memaafkan pembunuh sadis dan mengatakan kepada si korban, "itu masalah Anda karena Anda belum belajar untuk memaafkan"?