Baca juga:
Ruh adalah suatu energi, dengan demikian tidak dapat dimusnahkan, namun dapat dibatalkan untuk terbentuk kembali nantinya. Ruh ini memiliki apa yang para alien Zeta sebut "Sfutt of souls", atau kita sebut saja kandungan/esensi/substansi ruh. Kandungan/esensi ruh ini tersebar di seluruh alam semesta. Ruh terbentuk ketika ada akumulasi esensi-esensi ruh ini. Esensi ruh lebih tertarik pada lingkungan hidup makhluk cerdas ketimbang benda mati. Maka, esensi-esensi ruh yang terkumpul pada suatu makhluk cerdas yang tengah lahir membentuk ruh di tahap awal keberadaan ruh itu.
Ada dua jenis ruh pada dasarnya: ruh yang berpijar dan ruh yang tak berpijar. Ruh yang berpijar adalah ruh makhluk cerdas yang menjalani hidup dalam kesadaran, sebaliknya dengan ruh yang tak berpijar.
Ruh yang berpijar adalah ruh yang memiliki kepribadian dan akan terus berinkarnasi--tak lagi bisa dibatalkan keberadaannya sebagai ruh berpijar. Agar ruh dapat memiliki kepribadian, ia harus berada dalam makhluk cerdas yang sadar serta menjalani kehidupan yang menantang. Ketika ruh berpijar, massa dan ukurannya akan bertambah/membesar. Dan begitu terbentuk, ruh berpijar tak akan sirna sebagai entitas cerdas, apakah sebagai Pengabdi-Kebaikan, Pengabdi-Ego, atau Peragu.
Sebaliknya, ruh yang tak berpijar adalah ruh makhluk cerdas yang "tak sadar," yang menjalani hidup sederhana dengan tugas-tugas sederhana atau yang santai dan lebih banyak bermalas-malasan. Setelah kematian tubuh fisiknya, si ruh jenis ini tak lagi berinkarnasi. Dengan kata lain, ruh tak berpijar dibatalkan keberadaannya. (Pelajaran tentang kehidupan cerdas yang sadar paling dikenal manusia pada umumnya dalam ajaran-ajaran Buddha. Hal ini akan dibahas di lain waktu)
Berikut penjelasan para alien Zeta.
Terjemahan bebas dari ZetaTalk: Spirit Substance, ,written Mar 15, 1996
"Apa yang manusia anggap sebagai jiwa, yang terkadang disebut ruh, tidaklah seperti yang dianggap kebanyakan manusia. Mereka membayangkan suatu uap, sesuatu yang dapat bergerak menembus tembok seperti hantu, sesuatu yang tak berzat yang berupaya mempengaruhi dunia fisik di sekelilingnya tapi tak begitu berhasil.
Mereka sadar jiwa dapat mengingat, karena kehidupan di masa lalu dapat diingat kembali, namun tak membayangkan bahwa otak fisik diperlukan untuk itu. Pandangan bahwa manusia memiliki jiwa, sebagaimana ekspektasi, adalah pandangan dari sudut pandang manusia. Apa yang hilang dari sudut pandang itu adalah kemampuan melihat jiwa/ruh, karena zatnya bukanlah sesuatu yang dapat dilihat manusia.
Jiwa memiliki substansi, dan tumbuh membesar di awal perkembangannya karena mengalami banyak inkarnasi, banyak kehidupan.
Penggelembungan/Pembesaran jiwa/ruh ini tak dapat diukur oleh manusia, yang melihat satu sama lain sebagai jiwa yang setara, padahal sama sekali tidak demikian realitanya.
Ada jiwa-jiwa yang begitu mungil dan terbentuk dengan begitu buruknya sehingga sirna setelah inkarnasi, yang kami sebut sebagai entitas-entitas yang dibatalkan. Jenis jiwa seperti ini bisa ada dalam bentuk banyak hewan dan bahkan sebagian tetumbuhan, karena "kandungan ruh" tersebar di seluruh Alam Semesta dan inkarnasi terjadi secara alami.Kalau mata manusia tak dapat mengukur besarnya jiwa/ruh dari entitas lain, maka ruh-ruh dapat mengukurnya dengan baik.
Anda tahu secara insting bahwa orang lain itu tua dan bijak (secara spiritual - pen.). Pertumbuhan jiwa terjadi paling cepat di awal melalui inkarnasi-inkarnasi, namun kemudian pertumbuhan ini berlanjut berdasarkan pengalaman-pengalaman di luar inkarnasi-inkarnasinya, dan inkarnasi-inkarnasi tak diperlukan untuk proses ini.[Kandungan Ruh]
Jiwa tak hanya memiliki ingatan, tapi juga tak lupa. Bukan kebetulan kalau bentuk-bentuk cerdas memiliki syaraf, otak, dan ingatan dalam bentuk kesan-kesan kimiawi.
Demikianlah adanya cara Alam Semesta ini dibentuk, demikian pula jiwa-jiwa memiliki struktur-struktur semacam itu. Stuff of souls, pendeknya, adalah tingkat (vibrasi) yang lain, yang menyentuh yang lainnya. Kandungan ruh lebih halus dan, pada saat bersamaan, bertahan lebih lama. Kandungan itu bisa disebut materi dasar, dalam hal itu, karena menembus seluruh tingkatan dimana materi itu dapat bersemayam.Bentuk-bentuk kehidupan cerdas memiliki banyak bentuk dan ukuran, namun semuanya memiliki otak dan syaraf.
Maka suatu jiwa dapat berinkarnasi dalam bentuk hominoid pada suatu titik dalam perkembangannya, dan menjadi bentuk lainnya yang cukup berbeda selama inkarnasinya yang lain, tanpa memerlukan adaptasi! Ruh tak memerlukan makanan atau nutrisi layaknya bentuk-bentuk kehidupan fisik. Hewan manusia tak dapat mempertahankan bentuknya tanpa bahan bakar, tanpa mempertahankan suhu tertentu serta mengganti biokimia-biokimia yang rusak atau terkonsumsi. Ia harus makan untuk bertahan hidup.(Sedangkan) ruh tak perlu mempertahankan suhu, dan, oleh karena sifat alaminya, mempertahankan kimiawinya sendiri. Satu-satunya jangkauan dari luar yang diperlukannya adalah mendapatkan lebih banyak lagi kandungan jiwa, yang ada dimana-mana di alam semesta, ketika pertumbuhan dalam jumlah besar tengah terjadi."
Bagaimana Ruh Dilahirkan/Dimunculkan Pada Suatu Makhluk dan Memiliki Kepribadian?
Pertama-tama, ruh akan terakumulasi pada suatu makhluk hidup, karena ia lebih menyukai lingkungan makhluk hidup ketimbang lingkungan benda mati. Lalu ketika si makhluk hidup itu telah muncul kepribadiannya, itu berarti si ruhnya telah berpijar. Dengan kata lain, ruh yang memijar adalah ruh yang telah memiliki kepribadian. Pemijaran ruh hanya dapat terjadi kalau si ruh menjadi makluk dengan kecerdasaran sadar serta mendapat pengalaman hidup yang menarik atau menantang. Hal ini terjadi dalam inkarnasinya yang pertama kali. Berikut penjelasan ZetaTalk.
Terjemahan bebas dari ZetaTalk: Incarnations, written Dec 15, 1995
"Inkarnasi terjadi secara alami dan merupakan cara bagi ruh-ruh yang tengah membentuk untuk memulai kehidupan. Kandungan ruh ada dimana-mana, tersebar di seluruh Alam Semesta. Namun karena begitu menyebar, kandungan itu tak membentuk ruh. Kandungan ruh cenderung berkumpul pada makhluk hidup karena lingkungannya lebih menarik ketimbang lingkungan benda mati. Kandungan ruh lebih tertarik untuk berlama-lama (di lingkungan makhluk hidup - pen.) ketimbang pada kehidupan (pada umumnya - pen.), maka ia mulai berakumulasi.
Tanpa kecerdasan sadar, ruh akan gagal membentuk suatu kepribadian, suatu diri, dan, setelah kematian bentuk kehidupannya, ia akan tersebar kembali. Inkarnasi terjadi secara alami pada mulanya, karena setelah membentuk suatu diri, ruh yang tengah terbentuk itu pindah ke tubuh baru setelah kematian tubuh lamanya.
Ruh dapat terjadi/terakumulasi melalui perpindahan-perpindahan yang tak dipandu sehingga bisa terjadi lebih dari satu ruh yang tengah terbentuk ingin mendiami tubuh yang sama. Namun biasanya kebersemayaman secara bersama-sama ini membuat stress semua pihak, termasuk si tubuh. Dan yang akan tersisa nanti sebagai satu-satunya ruh adalah ruh yang terkuat.
[Ruh Baru]
Dibutuhkan lebih dari kecerdasan sadar untuk memijarkan ruh, yaitu kehidupan yang menarik atau menantang. Apa yang tengah dialami si ruh, selama inkarnasnya yang pertama kali? Ini sudah pastinya perjalanan baru, penjelajahan, karena ia tak memiliki kehidupan di masa lalu untuk digunakan sebagai titik rujukan."
Ruh Yang Tak Berpijar
Ruh yang tak akan memijar adalah ruh yang menjalani hidup secara santai dalam kehidupan sederhana dengan perjuangan hidup yang sederhana atau bermalas-malasan, tanpa banyak kontak dengan peradaban-peradaban lain. Negara-negara dunia ketiga memiliki jumlah ruh tak berpijar yang lebih besar, demikian juga daerah-daerah terpencil ketimbang kota-kota. Berikut penjelasan ZetaTalk.
Terjemahan bebas dari ZetaTalk: Spark, written Jun 15, 2002
"Ruh-ruh yang tak berpijar merasa dirinya kabur, menyadari dirinya merupakan entitas yang terpisah dari manusia atau hewan lain, namun, pada dasarnya, kebingungan dan (ibaratnya - pen.) berkeliaran dengan mulut terngaga. Mereka menerima apa saja begitu saja, sebagai jalan lewatnya mereka yang pertama kali, tur pertama kali (dalam kehidupan - pen.)--pertama kalinya mengunjungi suatu tempat.
Kecuali ada hal-hal yang terjadi untuk memijarkan si ruh, seperti misalnya empati terhadap rasa tertekan orang lain dan memilih untuk mengorbankan kenyamanannya demi membantu orang lain, maka tak akan ada pemijaran ruh. Kehidupan yang malas, tinggal di tempat yang aktifitasnya santai dengan tugas-tugas sederhana, atau mati dini karena sakit di masa kecil, tidak akan memijarkan si ruh.
Ada persentase yang lebih besar dalam jumlah ruh-ruh yang tak berpijar di benua-benua atau tempat-tempat dimana kehidupan merupakan perjuangan sederhana, tidak terindustri, tidak dalam komunikasi tinggi dengan budaya-budaya lain.
Dengan demikianlah, negara-negara di Dunia Ketiga memiliki persentase ruh tak berpijar yang lebih besar. Dengan demikianlah , wilayah-wilayah terpencil memiliki persentase ruh tak berpijar yang lebih besar dari pada di wilayah-wilayah kota. Dengan demikianlah , koridor-koridor kekuasaan hampir selalu memiliki ruh-ruh tua, karena wilayah ini dianggap zona berdampak tinggi, yang memiliki drama-drama tinggi untuk dipilih."
Ruh Yang Dibatalkan
Terjemahan bebas dari ZetaTalk: Aborted Entities, written Dec 15, 1995
"Apakah mungkin terjadi bahwa inkarnasi dalam spesies cerdas tak menghasilkan ruh yang tengah membentuk?
Sudah pastinya, dan ini sering terjadi di tahap-tahap awal. Pemijarannya tak terjadi, maka, setelah kematiannya, ruh itu sirna. Ruh bisa berpijar, bisa pula tidak. Dan kebanyakan tidak berpijar dalam inkarnasi pertama kalinya.
Kandungan ruh berkumpul dalam makhluk sadar, karena kandungan ruh itu dapati bahwa lingkungannya (si makhluk sadar - pen.) itu menarik. Dan suatu formasi terbentuk, selama inkarnasi. Namun, jika kehidupan itu tak menantang, maka si ruh tak akan membesar, dan rentan untuk sirna saat kematian manusianya. Namun sekali terbentuk, si entitas tak akan sirna.
[Kondisi Yang Membatalkan Pembentukan Ruh]
Gagal membentuk adalah akibat gaya hidup yang malas atau santai, kurang kecerdasan aslinya, atau kurang stimulasi. Dalam hal ini, kehidupan yang menantang, yang penuh tekanan, merupakan sebuah keuntungan, ketimbang kemunduran. Tantangan dapat dipandang sebagai kepingan-kepingan puzzle yang harus disusun, atau situasi-situasi yang sangat emosional, atau situasi-situasi yang membutuhkan tekad besar. Maka, anak yang cacat, yang bertekad untuk melanjutkan peranannya dalam grup, akan menyelesaikan suatu tantangan, sebuah kepingan puzzle, yang memerlukan pekerjaan berpikir yang diiringi pekerjaan emosional.
Terkadang, ruh berpijar dalam inkarnasinya yang pertama kali ketika si manusia itu sudah tua ((misalnya) saat ia mendambakan untuk membantu ibu-ibu muda dan bayi-bayi mereka namun hampir-hampir tak mampu melakukannya karena kelemahannya itu. Di saat-saat lain, seperti (msalnya) pada anak cacat, kesempatan untuk berpijar itu datang lebih awal, dan menguat sepanjang hidupnya.
Terlahir cantik, dengan kehidupan tanpa kepedulian-kepedulian, bukanlah motivator terkuat bagi pertumbuhan spiritual! Inkarnasi ke dalam tubuh yang cacat atau menderita memang terjadi dan sama sekali tak dihindari, karena inkarnasi semacam itu dipandang tak hanya sebagai alat bantu, sesekali, bagi si ruh melainkan juga kesempatan bagi yang lainnya di sekitarnya. Membantu orang lain untuk berpijar merupakan tantangan yang sedemikian rupa sampai-sampai membuat sibuk para Ruh Pembimbing.
[Cara Membantu Pertumbuhan Spiritual Orang]
Para manusia yang ingin membantu orang lain dalam perkembangan spiritual disarankan untuk tidak membantu habis-habisan dalam masalah-masalah mereka, melainkan membiarkan mereka merancang suatu solusi, serta berfokus pada hal yang menarik dari tantangan itu, tak selalu mengeluh atas apa yang menimpa, dan fokus pada kesejahteraan keseluruhan grup atau lingkungan, untuk menanamkan rasa bangga dan motivasi.
Kandungan ruh mengental dalam makhluk sadar karena mahluk sadar itu menarik (bagi si kandungan ruh itu - pen.). Hal ini lebih merupakan rasa ketertarikan pada suatu lingkungan. Kandungan ruh memiliki sifat bawaan ini, pada mulanya.
[Ruh Itu Berpikir dan Tidak Lupa, Seperti Halnya Wadag Manusia]
Ruh memiliki kapasitas berpikir yang dimiliki oleh otak manusia, dan lebih lagi. Ia tak melupakan! Dengan demikian, ia dapat berpikir dan memutuskan, dan benar-benar melakukannya serta terkadang berdebat dengan manusia yang menjadi inkarnasinya. Namun begitu memijar, ruh itu bersifat imortal, dan tak berkurang, ia hanya akan tumbuh dan membesar, mengambil lebih banyak lagi dari kandungan ruh untuk melakukannya."