Terjemahan bebas dari ZetaTalk: All Work, No Play, written by Jul 15, 1995
Adakah kebahagiaan dan kegembiraan di kamp-kamp [kami], ataukah semuanya itu tentang tugas dan pekerjaan saja tanpa ada kesempatan untuk bersenang-senang?
Dalam kamp Pengabdi-Kebaikan (Service-to-Other), berbahagia dalam bekerja merupakan hasil otomatis, karena orang memilih tugasnya sendiri, dengan demikian tanpa rasa sebal.Tentang kegembiraan, selalu ada rasa gembira
- dalam melakukan sesuatu bagi orang-orang,
- dalam merasa penting memikirkan kesejahteraan mereka, serta
- menyaksikan apa yang dihasilkan dari upaya-upaya seseorang.
Satu-satunya yang membatasi adalah pemaksaan diri: rasa tanggung jawab terhadap tugas untuk memenuhi janji yang dibuat kepada orang lain.
Bagi mereka kaum Pengabdi-Kebaikan, ekspektasi-ekspektasi yang dipaksakan oleh diri sendiri bukanlah beban, melainkan sumber kegembiraan dan kebahagiaan.
Kami para Zeta Pengabdi-Kebaikan dapat bersenang-senang seperti manusia sendiri. Mandi mewah, pakaian bertekstur sutra dan tempat tidur halus, makanan berasa dan beraroma manis, rasa terhadap irama dan hasrat untuk menari - kami memiliki semua itu.Kami digambarkan sebagai makhluk yang dingin seperti baja, dan itu bukan dalam tingkatan remeh, karena mata manusia tak dapat melihat warna kami dan hanya mampu mempersepsikan kami sebagai makhluk-makhluk abu-abu, abu-abu baja.
Kami digambarkan sebagai makhluk tak berperasaan. Itu karena kami disiplin dan tak bereaksi ketika manusia berupaya memprovokasi kami, sehingga, menurut pemahaman kami, mereka merasa tak berdaya dan ingin (sekedar) memuaskan hati mereka.Kami digambarkan sebagai makhluk tak berjenis kelamin maupun memiliki pencernaan, dan tanpa ikatan-ikatan orang tua, memelihara anak-anak kami dalam tangki-tangki dan bukannya di tangan dan perut kami.
Faktanya, kami memiliki hasrat-hasrat seksual. Dan kalau kami tak lagi menaruh makanan di mulut, itu karena tubuh kami bereaksi terhadap mandi nutrisi kami dengan rasa puas dan kenyang yang sama dengan yang manusia rasakan ketika makan dalam keadaan lapar. Anak-anak kami besarkan di luar tubuh kami karena kepala kami besar, bukannya karena kurangnya kasih sayang.Kami dianggap tak memiliki rasa terhadap irama maupun keinginan untuk menari karena kami tak pernah terlihat pergi ke pesta-pesta.
Manusia harus menyadari bahwa ketika mereka bertemu dengan kami, atau kami temui, kami sedang bekerja. Apakah manusia menari saat bekerja?"