Jangan Panik. Baca Survival Ekstrim Pergeseran Kutub.

Tentang Yesus

Para alien Zeta menjelaskan fakta kedatangan para Nabi besar yang umum dikenal manusia, yang sesungguhnya tidak lain adalah Anak-Anak Bintang, berdasarkan apa yang sesungguhnya telah direncanakan di alam gaib, yaitu alam-alam yang lebih tinggi dari alam bumi, oleh Dewan Alam Semesta Ini, dan juga mungkin oleh keberadaan yang lebih tinggi lagi.

Terjemahan bebas dari ZetaTalk: Jesus, Note: written by Jul 15, 1995

Ini mengenai Yesus sebagai Anak Tuhan. Ini adalah topik yang sangat sensitif. Seperti kata pepatah, jika orang ingin tetap menjauhi debat kusir, jangan berbicara tentang agama atau politik. Namun, sepertinya masih ada item ketiga yang harus ditambahkan ke dalam daftar ini, yaitu kehadiran alien. Oleh karena kami sudah kepalang tanggung menjadi kontroversi, mengapa tidak sekalian saja menambah sedikit panas?

Yesus bukanlah manusia biasa, namun ia juga seorang anak Tuhan layaknya manusia lainnya. Yesus adalah entitas dari sebuah alam berdimensi lebih tinggi, yang telah mendapatkan hak untuk berfungsi di sebuah alam berdensitas lebih tinggi, yaitu di atas alam Dimensi ke-3.

Camkanlah bahwa ada banyak dan banyak entitas di kalangan manusia sekarang ini, yang berfungsi dalam masyarakat manusia sekarang, yang beroperasi dengan cara yang sama dengan Yesus di masanya (di jaman Yesus dulu).
Kami di sini berbicara tentang para entitas yang telah turun ke alam yang lebih rendah (bumi--pen.), dan berinkarnasi di sini, dalam upaya mempengaruhi urusan-urusan manusia--evolusi spiritual manusia. 
Yesus adalah entitas bertingkat (dalam tataran spiritual) sangat tinggi yang beroperasi dalam orientasi spiritual Mengabdi-Kebaikan. Ia sangat teguh dalam hal itu, yang berarti bahwa siapapun yang mengijinkannya datang ke Bumi dan menjalani inkarnasinya itu dapat mempercayainya bahwa ia tidak akan melenceng dari jalur yang telah ditetapkannya.

Ketika Yesus berada di bumi, ia hidup layaknya manusia normal, sebagaimana seluruh inkarnasi dalam bentuk manusia. Ia memiliki rasa lapar terhadap seks, merasakan kesedihan yang luar biasa ketika sendirian dan ditolak, serta meragukan kemampuannya dalam menangani masalah-masalah di hadapannya. Ia ketika itu adalah manusia, dalam segala hal.
Sebagaimana dengan seluruh inkarnasi, melalui Aturan Pelupaan, ia tidak ingat kondisi spiritualnya sebelumnya, dimana ia hidup dalam dunia cahaya dan keajaiban, benar-benar sebuah dunia pesta pembelajaran dan eksplorasi. Ia telah memilih jalannya, sebagai Yesus, karena pesan yang ingin ia sampaikan, baginya, merupakan pesan yang teramat sangat penting, dan gempuran kesulitan yang ia temui bukannya tidak diantisipasi sama sekali. Yesus tahu ia harus menerima panas akibatnya. 
Bahwa ia disiksa hingga mati bukanlah hal mengejutkan baginya. Ia dilaporkan telah mengekspresikan rasa terkejut, atau rasa patah hati saat disalib, dengan mengucapkan "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Para manusia yang hadir di sana menafsirkan komentar-komentarnya itu dari sudut pandang mereka sendiri, dan menganggapnya rasa putus asa atau kebencian. Pemahaman kami adalah bahwa ia sekedar meminta agar hal-hal dipercepat, layaknya siapapun orang yang sedang disiksa.
Jesus menyelesaikan misinya dalam merumuskan dan menyebarkan pesan cinta kasih terhadap orang lain, dan pengorbanan demi cinta kasih.
Pesan ini berlawanan dengan pesan Mengabdi-Ego, yang mana adalah cintailah dirimu sendiri, dan jangan berkorban untuk siapapun. 
Kata-kata Yesus, bilamana mungkin, telah dikorupsi oleh mereka yang menginginkan umat manusia mengarah ke orientasi Mengabdi-Ego.
Namun kebanyakan kata-kata Yesus diucapkan dengan hati-hati, dan diucapkan dengan cukup sering, sehingga maknanya tidak dikorupsi. Ia mengulang-ulang pesan yang sama dalam banyak konteks yang berbeda, dan kepada banyak grup manusia. Dalam hal ini ia berhasil dalam memberi sebuah warisan, warisan yang ia niatkan.
Yesus tidak sendirian dalam berinkarnasi dari alam yang lebih tinggi untuk mengawal dalam evolusi spiritual umat manusia. Buddha dan Muhammad, di antara yang lainnya, juga melakukan hal yang sama, dengan hasil-hasil yang serupa.
Sang pembawa pesan seharusnya tidak disalahkan atas penyelewengan-penyelewangan pesan mereka. Lihat sajalah pada siapa yang menjadi biang kerok penyelewangan itu, dan tempatkan kesalahan itu pada tempatnya.
All rights reserved: ZetaTalk@ZetaTalk.com