[Terjemahan
bebas ZetaTalk
Chat Q&A for March 12, 2011]
"Kebangkitan protes di seluruh dunia beresonansi mendalam di kalangan elit. Model yang sepertinya telah diterapkan, yaitu model yang mereka andalkan sepenuh hati, merupakan hal dimana massa dikendalikan oleh polisi anti huru-hara dan hukum. Para "domba (penegak hukum)" itu, dengan demikian, ditugaskan ke kelompok (elit) itu. Para elit mengendalikan pengadilan, karena mereka telah mengendalikan para pengacara, (dan) secara finansial mendukung kampanye-kampanye politik para jongos mereka.
(Namun) Tiga hal kini telah merubah pengaturan itu:
- kegagalan panen yang terus meningkat yang mengarah ke kekurangan pangan,
- depresi perekonomian yang tak mau pergi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan bumi yang merusak,
- serta munculnya protes-protes damai dan ulet seperti di Mesir, yang dipimpin oleh Anak-Anak Bintang (Star Children).
Negara-negara bangkrut, dan mulai menutup perbatasan-perbatasan mereka bahkan terhadap para imigran putus asa. Tak ada makanan yang bisa dibagikan atau didistribusikan, maka sumbangan-sumbangan untuk wilayah-wilayah yang kelaparan akan dipotong secara tetap. Pengangguran akan tetap ada karena program-program pelatihan kerja dan asuransi pengangguran tak mencukupi, maka jumlah rakyat yang butuh bantuan kesejahteraan akan terus meningkat saat pemerintah bangkrut.
Para elit beranggapan bahwa gencetan (masalah) ini akan tiba cepat atau lambat. Harapan mereka tadinya adalah bahwa polisi anti huru-hara dan peraturan perundangan akan berjaya hingga waktunya ketika mereka harus mundur ke bunker-bunker. Kini masalahnya menjadi berbeda. Kini telah muncul momok, yaitu massa luas yang berkumpul dan menuntut perubahan. Kelompok-kelompok ini bersikap damai dan bekerja sama di dalam hukum. Hal ini memaksa tangan-tangan elit: harus berterus terang menyatakan niat-niat mereka serta memberlakukan suatu darurat militer atau dengan brutalnya menekan rakyat jelata ataukah membiarkan perubahan!
Hanya sedikit saja perbedaan antara para diktator di Timur Tengah dan Afrika Utara dengan yang di negara-negara yang menyebut diri mereka demokrasi. Dalam semua kasus, para warga negara hanya punya sedikit sekali jalan keluar ketika masa-masa runyam menerpa. Bahkan di AS, ketika bencana alam penyesuaian lempeng New Madrid yang masih pending akan telah menimpa, bantuan pemerintah tak akan mencukupi. Peraturan perundang-undangan akan melindungi kaum kaya dari (ancaman) kaum papa, sementara massa yang putus asa akan meningkat jumlahnya. Kalau sudah begitu lalu apa?
Jika protes-protes damai oleh sejumlah besar orang bermunculan yang mendapat simpati dari polisi anti huru-hara serta pejabat rendah militer, lalu apa yang akan terjadi?
Perdagangan dan industri akan lumpuh dan terhenti hingga ada perubahan yang diberlakukan, dan perubahan ini sudah pastinya tak akan disukai para elit. Para elit dapat melihat gaji-gaji besar mereka akan dikurangi agar para pekerja bisa mendapat upah. Mereka dapat melihat bahwa undang-udang yang mengijinkan perusahaan-perusahaan kartu kredit dan perbankan memperbudak rakyat jelata melalui hutang dan bunga serta biaya yang tinggi, akan berubah dalam semalam oleh badan-badan pemerintah yang kepanikan menghentikan protes-protes sebelum menyebar.
Mereka dapat melihat rumah-rumah kosong dan taman-taman lokal akan diambil alih para tunawisma, atau keluarga diperbolehkan menjual atau membarter hasil kebun, dengan mengabaikan keberatan-keberatan dari pertanian-pertanian korporasi yang telah mengatur di bawah payung hukum untuk mengenyahkan para pesaing mereka.Jika undang-undang tak diubah, maka rakyat jelata akan mengabaikan (undang-undang) itu, karena trend menuju protes-protes yang masif dan meluas akan terus memburuk. Hal ini membuat rakyat menangani semuanya sendiri di kalangan mereka sendiri, mengesampingkan kendali pemerintah. Pada mulanya para elit akan bereaksi dengan mengamuk, meneriakkan segala pemulihan hukum, mengeluarkan segala taktik politik dari kantong mereka. Ketika semua itu tak berhasil, mereka akan mundur lebih cepat dari rencana ke bunker-bunker mereka, atau ke kantong-kantong pulau mereka, dengan mulut cemberut."