Jangan Panik. Baca Survival Ekstrim Pergeseran Kutub.

Zeta dan Tuhan: Agama Zeta

 Spiritualitas para alien Pengabdi-Kebaikan 

Para alien Zeta Pengabdi-Kebaikan menjelaskan pemahaman mereka tentang apa yang manusia sebut Tuhan Yang Maha Esa.

Punya Agama
Terjemahan bebas ZetaTalk: Got Religion, Note: written by Jul 15, 1995

Mengenai agama. Kami punya agama. Faktanya, setiap orang punya. Bahkan mereka yang mengumumkan tak beragama sebetulnya beragama dalam protes-protes mereka. Ketika kami berbicara tentang agama kami, ini lebih merupakan pemahaman tentang alam semesta. Kami terhubung secara emosional pada alam semesta. Kami berada di dalam Yang Esa. Kami memiliki kekerabatan dengan satu sama lain sebagai bagian-bagian dari Yang Esa. Kami memiliki rasa hormat terhadap alam semesta dan cara kerjanya sebagai suatu keindahan yang ingin kami pahami.
Setiap jiwa berada di tangan Tuhan, di dalam Tuhan, menurut cara pikir kami, dan dengan demikian tak perlu perantara. Kami, para Zeta, tak memaksakan jadwal-jadwal kapan Tuhan akan hadir, tidak pula harus berkumpul dan mendengarkan orang lain menafsirkan kata-kata dan pikiran-pikiran Tuhan bagi kami. Setiap orang dibiarkan berkomunikasi sendiri, yang mana tak perlu perantara.
Agama kami tak seperti agama-agama besar di bumi, yang mendewakan entitas-entitas manusia dalam penampilan. Agama-agama ini, dimana pesan yang disampaikan kepada manusia adalah untuk menarik mereka ke cahaya, telah dikorupsi selama ini oleh kuasa-kuasa kegelapan.
Agama-agama ini berkutbah  menentang ilmu pengetahuan, menentang inisiatif diri, menentang pikiran bebas. Mereka mengendalikan dengan peraturan-peraturan yang hanya akan membantu mereka yang mengatur. Agama-agama manusia, betapapun memiliki landasan yang kuat, hampir semuanya telah diplintir oleh grup Pengabdi-Ego hingga kehilangan kemiripannya dengan niat aslinya. Sedangkan iman kami tidak begitu terpengaruh, dan tidak ada yang namanya "Janganlah kau..." 
Kalau agama-agama manusia, yang telah terintrusi struktur yang dirasa nyaman bagi grup Pengabdi-Ego, memiliki ritual-ritual dan gang-gang untuk mengelak dari kendali, kami tak punya ritual untuk mengungkapkan keimanan kami.
Bukankah Yesus yang mengatakan, selama kalian menyintai yang termalang diantara kalian, maka kalian mengasihiku, atau kata-kata semacam itu?
Yesus tengah menyampaikan filosofi Pengabdi-Kebaikan yang sejati, karena kami meyakini bahwa setiap diri kita, termasuk yang terlemah, mewakili suatu bagian dari Tuhan, dimasukkan dalam rencana Tuhan, dan merupakan hasil karya besar Tuhan. 
Kalau kami tidak lebih jelas dari Anda tentang apa itu Tuhan, inilah keyakinan kami.

Penciptaan Alam Semesta
Terjemahan bebas ZetaTalk: Big Bang, Note: written by Jul 15, 1995

Baik Albert Einstein maupun Stephen Hawkins tak ada yang benar dalam teori-teori mereka tentang asal-usul alam semesta, meski ada bagian-bagian dari teori keduanya yang mengandung elemen kebenaran.
Alam semesta tidaklah bersifat kaku sehingga rentan oleh tekanan-tekanan yang membuatnya meledak atau memampat kembali ke dalam lubang-lubang hitam. Alam semesta tak lebih kaku ketimbang tubuh Anda, melainkan hidup.
Ketika kami bicara tentang agama, dan kami mengatakan bahwa kita semua adalah bagian-bagian dari Yang Esa, bahwa kita berada di dalam Tuhan, dan bahwa alam semesta berada di dalam Tuhan, itulah yang kami maksudkan.
Hukum-hukum alam yang sepertinya kekal bagi Anda, tengah berfungsi sekarang ini karena itulah niat Tuhan saat ini. 
Banyak sekali dari apa yang ingin Anda pelajari tak akan tersedia bagi Anda hingga Anda mencapai kematangan spiritual yang lebih besar.
Hal itu bahkan tak akan tersedia selama tahap perkembangan Anda selanjutnya, di Alam Berdimensi/kepadatan ke-4, yaitu tahap konsolidasi antara Pengabdi-Ego dan Pengabdi-Kebaikan.
Baca juga:  Penciptaan Alam Semesta: Big Bang, Black Hole, Dark Matter

Hakekat Terbentuknya Agama Terorganisir
Terjemahan bebas ZetaTalk: What is God

Konsep tentang dewa telah lama ada, bagi manusia, sepanjang manusia merasa sadar bahwa dirinya terpisah dari makhluk-makhluk lain - memiliki kesadaran.
Konsep dewa muncul sebagai respon terhadap apapun yang lebih berkuasa dari pada diri, suatu reaksi umum di seluruh alam semesta.
Mulanya, hal ini berupa animisme, dimana angin, petir, dan hewan-hewan buas merupakan para dewa. Karena ketika menghadapi anggota suku lain atau bahkan hewan-hewan buas, manusia prasejarah yang baru sadar, memahami, melalui pengalamannya, bahwa ada dari dewa-dewanya yang dapat disuap. Beri saja makanan, nanti juga baik lagi, contohnya. Menyuap anggota-anggota suku yang marah sering kali melibatkan pengurbanan seorang teman demi menyelamatkan diri sendiri. Contohnya, jika muncul pertanyaan siapa yang mencuri makanan, jika ada individu muda yang ketimpa amuk tetuanya yang marah, maka yang lainnya akan lolos. 
Konsep kambing hitampun lahir.
Pada waktunya, konsep-konsep ini menjadi canggih, dengan kurban-kurban yang diritualkan dan konsep dewa ditambahi motif dengan aturan-aturan.
Ekspansi ini bukanlah pekerjaannya rakyat jelata, melainkan para elit agama yang licik, yang menginginkan kehidupan parasitik yang mudah. Mereka menjadi penjaga peraturan, dan melakukan ritual kurban. Sebagai penjaga peraturan, bisa dipahami aturan-aturannya diplintir demi kepentingan para elit religius. 
Agama terorganisir pun lahir.
Pada suatu titik dalam perkembangan intelektual dan spiritual manusia, ada yang mulai melihat kesalahan-kesalahan ini dalam agama terorganisir dan berpikir sendiri.
Namun membuang kekakuan agama terorganisir tak sepenuhnya memuaskan, karena para individu ini merasakan bahwa ada lainnya lagi yang tengah terjadi. 
Menyadari secara intuitif jiwa abadi di dalam diri mereka, mereka merasakan bahwa pemisahan antara tubuh dan ruh adalah mungkin, dan bahwa reinkarnasi itu ada.
Dalam kontak dengan ruh-ruh di dimensi-dimensi yang lebih tinggi (secara bawah sadar--pen.), mereka menjadi sadar adanya alam ruh secara intuitif .
Itulah kondisinya sekarang ini dengan manusia.
Tak ada jawaban-jawaban, hanya pemahaman intuitif, sementara masih ada banyak agama terorganisir yang melaksanakan ritual-ritual mereka serta menetapkan peraturan-peraturan. 
Akan tetapi, manusia, dalam jumlah yang terus meningkat, semakin terhubung (secara bawah sadar--pen.) dengan para makhluk luar bumi yang memiliki pemahaman tentang gambaran yang lebih besar.
Akhirnya, mereka akan mendapat jawaban.
Sayangnya, bagi orang-orang yang cemas, bukan demikian masalahnya, karena kami, juga, tak punya jawabannya.
Pemahaman kami tentang cara kerja alam semesta jauh lebih besar dari pada Anda, namun apa yang memulainya dan mengapa masihlah menjadi pertanyaan-pertanyaan luar biasa di benak Zeta. Maaf, ya. Kami juga harus berkembang maju ke alam-alam yang lebih tinggi dalam kematangan ruh sebelum kami mendapat pemahaman yang lebih besar.
Baca juga:
Que Vadis, Manusia?
Spiritualitas Tertinggi Manusia: Aturan Emas